Kamis, 02 Mei 2024

Keluarga IDEAL

Ketika Al Quran bicara keluarga, sebagian besarnya adalah kisah yang -bagi kita- tidak termasuk standar keluarga ideal.

Mari kita lihat beberapa contoh:

Nabi Nuh dan Nabi Lut punya isu terkait istri-istri mereka.

Nabi Ibrahim ketika berstatus sebagai anak, harus berhadapan dengan ayahnya yang membuat patung.
Setelah menjadi ayah beliau terpaksa meninggalkan keluarganya di padang tandus.

Nabi Yaqub memiliki 12 anak. Namun yang 10 ingin membunuh saudaranya.

Nabi Yusuf tumbuh besar dengan derita dan terpisah jauh dari keluarga.

Nabi Zakaria baru beroleh anak di usia yang sangat, sangat tua; setelah istri beliau divonis mandul.

Nabi Musa ketika lahir, terpaksa dilarung di sungai. Berpisah dari ibunya. Remuk-redam hati ibu Musa.

Keluarga Imran memiliki anak, namun sang ayah sudah meninggal ketika putri beliau lahir. 
Istri Imran berharap mendapatkan keturunan laki-laki, tapi diberikan perempuan.

Nabi Isa lahir tanpa ayah. Sang ibu, Maryam dihantam fitnah dan derita yang tak terperikan.

Asiyah binti Muzahim yang Allah janjikan rumah untuk beliau di surga, adalah istri dari laki-laki terburuk sepanjang sejarah: Firaun.

Para istri dari Nabi kita yang mulia, sebagian besarnya tidak memiliki keturunan sama sekali.

Sekarang coba kita bandingkan dengan zaman ini.

Hari ini kita punya standar keluarga ideal dari sinetron & drama. Atau dari citra sosial media dimana para selebriti membranding diri sebagai dream couple, dg semua pernak-pernik kehidupan yang indah.
 
Maka, kita-kita yang konsumtif ini, hanya bisa menonton tanpa filter. Tanpa sadar, kita buat standar keluarga ideal sendiri yang pastinya itu bukan keluarga kita.

Terlihat bedanya, bukan?
 
Al Quran tidak banyak bicara tentang “keluarga ideal dengan standar kita” itu. 

Justru Al Quran bicara realita keluarga. Meski demikian, semua tokoh di atas adalah orang-orang yang sangat mulia, sampai-sampai kisah mereka, Allah sendiri yang mengabadikan.
Akan terus dipelajari sampai hari kiamat.

Hari ini, kita hanya sibuk bicara “keluarga ideal dengan standar kita” itu. Di satu sisi ada yang membranding diri sebagai yang ideal. Di sisi lain, yang menonton membandingkan keluarga mereka.
 
Klop lah!
Hidup menjadi penuh drama ketimbang menjalaninya sebagai realita. Dan kita mencukupkan diri belajar dari sosial media, ketimbang ngaji yang sesungguhnya.

Al Quran tidak kisahkan kepada kita “keluarga ideal dengan standar kita” itu. Kenapa?

Karena keluarga kita itu sudah ideal.  Usah membanding-bandingkan. Cukup berikan yang terbaik untuk keluargamu, saat ini.

Apa yang kita pelajari tentang keluarga dalam Islam, amalkan lah dari sekarang. Kita tidak menunggu momen keluarga ideal.

Dan engkau perlu tahu, bahwa semua perjuangan: suka, duka, senyum, derita, bahagia, luka amarah dan cinta; di dalam rumahmu yang tak bisa viral itu, akan dicatat dalam amal kebaikan kita yang akan dipertontonkan kelak.

***

Maka, terima kasih atas 9 tahun yang inidah ini, my moonlight.
Semoga Allah akan membalas semua kebaikanmu, untukku, dan untuk anak-anak kita.

#facebook ust Fitrian Kadir 

Senin, 18 September 2023

Umat Islam Nggak Adil!?

Umat Islam Nggak Adil!?

Dikisahkan dalam Kitab Târikh Baghdad karya Khatib Al Baghdad, ada seorang Ulama yang terkenal dengan kemampuan dialognya bernama Abu Bakar Al Baqillani. Suatu hari seorang non-muslim berkata padanya, "Umat Islam ini rasis dan tak adil!"

Abu Bakar menjawab, "Lho kenapa?". Lawan bicaranya mulai berargumen, "bisa-bisanya agama kalian membolehkan nikah dengan wanita ahlul kitab —Yahudi dan Nasrani—, tapi kalian tidak mengizinkan orang-orang ahlul kitab menikahi putri-putri kalian!"

Maka Abu Bakar Al Baqillani menjawab, "kami menikahi wanita Yahudi, karena kami beriman dengan Nabi Musa. Kami menikahi wanita Nasrani, karena kami beriman dengan Nabi Isa. Nah, kalian, kalau saja kalian mau beriman kepada Nabi Muhammad, pasti kami bolehkan kalian menikahi putri-putri kami."

🌿 📝 Mari bersama² berdakwah! tebarkan manfaat! Jadikan media sosialmu, pemberat timbangan amal kebaikan di akherat kelak.
آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ..
-
📚 Dapatkan informasi penuh hikmah di chanel Telegram : 
https://t.me/sahabatulama

KETIDAKADILAN ADALAH BENIH KEHANCURAN


KETIDAKADILAN ADALAH BENIH KEHANCURAN 

Rasulullah ﷺ bersabda: 

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَإِنِّي وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا

“Amma Ba'du. Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah manakala ada orang yang terpandang (terhormat) dari mereka mencuri, maka merekapun membiarkannya.
 Namun jika ada orang yang lemah dan hina di antara mereka ketahuan mencuri, maka dengan segera mereka melaksanakan hukuman atasnya. Demi Dzat yang jiwaku berada tangan-Nya, sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri, sungguh aku sendiri yang akan memotong tangannya.”
📚HR. Muslim

Selasa, 29 Agustus 2023

BERSABARLAH

Bersabarlah dalam menapaki jalan dakwah, bahkan mungkin kemenangan itu hadir saat kita telah tiada,
karena kewajiban kita adalah memperjuangkan nya bukan menikmatinya 

Senin, 31 Juli 2023

empat perkara yg besar nilainya hanya diketahui oleh empat orang

 أربعة لا يعرفُ قدرها إلا أربعة: قدر الشباب لا يعرفه إلا الشيوخ، وقدر العافية لا يعرفه إلا أهل البلاء، وقدر الصحة لا يعرفه إلا المرضى، وقدر الحياة لا يعرفه إلا الموتى.


Ada empat perkara yg besar nilainya hanya diketahui oleh empat orang; (1) Nikmat masa muda, hanya diketahui nilainya oleh orang yg sudah menua. (2) Nikmat afiyat (perlindungan Allah dari penyakit & bencana), hanya diketahui nilainya oleh orang yg terkena musibah. (3) Nikmat kesehatan, hanya diketahui nilainya oleh orang yg sakit. Dan (4) nikmat umur, hanya diketahui nilainya oleh orang yg sudah mati. (Hatim al-Asham rahimahullah) https://t.co/z0R5AZZ8JG

Jumat, 13 Januari 2023

Ya Allâh, berkahilah mereka yang menanam benih kebaikan

 Seseorang mengambil foto anak ini dan menceritakan kisahnya :

Aku pernah duduk di Masjid selepas sholat, tiba-tiba aku melihat di dekatku ada anak kecil yang mengangkat kedua tangannya sedang berdoa. Aku mendengar dia mengucapkan :
"Ya Rabb, damaikanlah aku dengan Mahmud, sehingga kami bisa kembali bermain lagi..."
Betapa bernilainya kepolosannya...
Aku pun bertanya kepadanya : "Apakah Allâh mengabulkan doamu?"
Dia menjawabku : "Setiap kali kami berantem, yaitu aku dan salah satu sahabatku, aku selalu berdoa kepada Allâh, maka kami pun kembali bersahabat..."
Dia menambahkan, "ayahku mengatakan kepadaku bahwa doa itu dapat melakukan apa saja."
Kepolosannya ini membuatku mengangkat kedua tanganku dan berdoa kepada Allâh. Anak itu pun diam hingga aku selesai berdoa. Lalu ia bertanya kepadaku : "Apakah Anda punya masalah dengan seseorang?"
Aku pun tersenyum dan menjawab, "iya, aku punya banyak masalah dengan banyak orang!!"
Anak itu berkata, "tidak usah khawatir! Allâh memiliki waktu untuk segalanya. Allah mampu mengabulkan doa kita semua dalam satu waktu. Ayahku yang bilang begitu..."
Aku merasa di saat itu, dia sedang menasehatiku dengan kesederhanaannya namun begitu indah dan jujur...
Maka dari semenjak waktu itu, aku sering membaca doa," Ya Allâh, berkahilah mereka yang menanam benih kebaikan..."
Dialihbahasakan oleh :
@abinyasalma
Dari laman "at-Tarbiyah al-Mumti'ah

Nabi Nuh as. melihat seorang wanita menangis

 Nabi Nuh as. melihat seorang wanita menangis, maka ia bertanya: "Mengapa kamu menangis?".

Dia berkata: "Oh, saya menangisi kematian anak saya padahal dia masih muda dan dalam keemasan masa mudanya". 😔😔
Nabi Nuh as. bertanya padanya, "Berapa usia putra Anda?".
Dia berkata: "Hanya 300 tahun !!".
Nabi Nuh berkata padanya, dengan maksud untuk menghilangkan kesedihannya: "Apa yang akan kamu lakukan, Jika seandainya kamu hidup di masa umat yang usianya tidak melebihi enam puluh tahun?".
Dia berkata: "Adakah seseorang yang hidup hanya selama enam puluh tahun?".
Nabi Nuh as. menjawab: "Ya".
Dia berkata: "Apakah ada orang yang bermaksiat (tidak menaati Tuhan) dalam waktu yang singkat itu?".
Nabi Nuh as. menjawab: "Kebanyakan dari mereka bermaksiat (tidak taat kepada Tuhan) ".
Dia berkata: "Apakah mereka berbondong-bondong untuk mencintai dunia yang sesaat, yang hanya beberapa hari itu?"
Nabi Nuh as. menjawab: "Ya, satu-satunya perhatian mereka adalah cinta dunia dan sedikit yang memikirkan akhirat".
Dia berkata: "Apakah mereka berdebat/bertengkar di antara mereka sendiri tentang hal-hal yang sesederhana itu?"
Nabi Nuh as. : "Sebaliknya, mereka justeru memperebutkan hal-hal yang paling tidak penting itu".🤨
Dia berkata: "Apakah mereka akan membangun gubuk untuk mereka sedangkan hidup mereka hanya dalam waktu yang singkat?"
Nabi Nuh as. : "Sebaliknya, mereka membangun istana untuk ratusan tahun, kemudian mereka mati dan meninggalkannya".
Dia berkata: "Oh, jika saya harus menggantikan umat itu, saya akan menghabiskan hidup saya di bawah naungan pohon dan membangun rumah saya di ambang kuburan, dan saya akan tinggal sepanjang hidup saya bersujud kepada Tuhan yang maha kuasa".
لا حول ولا قوة الا بالله
Tidak ada kekuatan atau kekuatan kecuali dengan Tuhan
*) Nabi Nuh as. beliau berdakwah selama 950 tahun dan usia beliau 1050 tahun menurut mufassir sahabat, Ibnu Abbas ra.
*Sumber: Kyai Ahmad Shomad Supriyadi